Selasa, 30 Desember 2008

Pilkada Nabire Tertunda, Dosa KPUD Nabire


Oleh Oktovianus Pogau

Beberapa tahapan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Nabire telah di berlangsungkan dengan baik, mulai dari pendaftaran kandidat, penyampaian visi misi, penetapan pasangan, pencabutan nomor urut serta kampanya namun tinggal satu tahapan dari semua tahapan yaitu pencoblosan.

Warga masyarakat Kabupaten Nabire tentunya akan bertanya-tanya, kenapa sih hari pencoblosan belum di putuskan sampai saat ini, padahal beberapa tahapan telah di lalui oleh para kandidat dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Tentunya pertanyaan ini akan terus menerus menjadi hayalan dalam segala perbincangan masyarakat di Kabupaten Nabire.

Beberapa alasan dari KPUD Nabire terkait belum di putuskannya hari pencoblosan karena Pilkada Nabire menurut melanggar undang-undang dan aturan yang berlaku di negeri ini. Sebenarnya tidak seperti itu, semua itu terjadi karena KPUD Nabire terlalu banyak berharap kepada KPU Pusat dan KPU Provinsi. KPUD Nabire seakan-akan sangat berharap kepada KPU Pusat dan KPU Provinsi sebagai dewi yang akan menetukan dan mensukseskan Pilkada Nabire. Padahal tidak, sukses dan tidaknya Pilkada Nabire adalah kewenangan penuh dari KPUD Nabire sebagai lembaga independent yang di bentuk dan di angkat oleh warga masyarakat kota Nabire. KPU Provinsi dan KPU Pusat hanya pengawas jalannya Pilkada Nabire.

KPUD Nabire dalam hal ini telah salah besar, karena terlalu berharap banyak kepada KPU Pusat KPU Provinsi. bayi yang masih menyusui, dan menangis tersedu-sedu ketika tidak diberi susu oleh ibunya, itu yang bisa kita gambarkan kepada kinerja KPUD Nabire yang masih sangat belia dan lamban. Dengan cara kerja seperti ini tentunya semua kita akan bertanya kalau begitu mereka (KPU Nabire, red) di angkat karena memiliki kemampuan atau kelebihan dari segi apa??

Masih ingat dengan pernyataan bapak Yap Marey sebagai tokoh politik dan tokoh masyarakat Kabupaten Nabire di depan Ketua KPUD Nabire pada saat bertatap muka langsung dengan masa dari Aliansi Masyarakat Peduli Pilkada Nabire, yang bagaimana minta supaya KPUD Nabire tidak membodohi dirinya sendiri dan membodohi masyarakat Kabupaten Nabire. “ingat pesta ini adalah pesta rakyat, bukan pesta para kandidat kalau bapak sudah pintar, jangan bikin bodok bapak dengan bikin bodoh kita lagi,” terang marey dengan geram. Setidaknya, pernyataan ini menjadi pelajaran penting bagi anggota KPUD Nabire yang baru. Karena rakyat Nabire saat ini, bukan rakyat primitive seperti dulu yang bagaimana bisa di bodohi.

Yang sangat mengherankan, KPUD Nabire dengan beraninya mengatakan bahwa semua tahapan dalam Pilkada Nabire telah sesuai aturan dan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini. Padahal kalau mau di kaji secara dalam, ada beberapa tahapan yang telah keluar juga dari aturan perundang-undangan. “Semua tahapan dalam Pilkada Nabire telah diberlangsungkan dengan baik, tidak ada yang cacat hukum,” terang Yusuf Kobepa SH ketua KPUD Nabire beberapa saat lalu menjawab pertanyaan masa dari Aliansi Peduli Pilkada Nabire di halaman kantor KPUD Nabire.


Maju Akan Kena Ulahnya

Pilkada Nabire kalau mau di paksakan untuk di selenggarakan tahun ini, sangatlah tidak mungkin. Karena Pilkada Nabire telah keluar dari jalur hokum yang berlaku di negeri ini. Mulai keluar dari UU No 32 dan UU No 12. kedua Undang-Undang ini adalah jaminan hokum yang pasti untuk menyelenggarakan Pilkada di seluruh Indonesia bukan di Kabupaten Nabire saja.

Penjelasan singkat yang di uraikan oleh Yusuf Kobepa, SH pada saat bertatap muka langsung dengan para pendemo dari Aliansi Masyarakat Peduli Pilkada Nabire beberapa saat lalu adalah jawaban kongkrit yang sangat masuk di akal. “Kita tidak bisa memaksa untuk menyelenggarakan Pilkada pada tahun ini, karena Pilkada Nabire akan di anggap cacat hokum oleh pemerintah pusat, selain itu Pilkada Nabire juga telah sangat menyalahi hokum yang ada di negeri ini,” terang kobepa pada saat itu di depan kantor KPUD Nabire.

Kewenangan penuh untuk menuntut penyelenggaran Pilkada di tahun ini ada di tangan masyarakat Nabire, karena menurut Presiden Amerika yang ke-16 Abraham Lincol demokrasi di suatu Negara haruslah berpusat penuh kepada rakyat, yang artinya “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” dengan demikian mempunya pengertian yang sangat rasional dimana semua ada di suatu Negara karena adanya rakyat.

Tapi dalam hal ini, tentunya rakyat harus memahami penuh bahwa tidak selamanya segala aspirasi yang rakyat sampaikan bisa di jawab penuh oleh suatu lembaga dalam hal ini KPUD Nabire, karena ada aturan, ada atasan dan ada pemerintahan yang lebih tinggi yang mengatur semua itu. Tidak salah, kalau-kalau pada saat belum melanggar segala aturan Undang-Undang baru rakyat sedemikian menuntut untuk peneyelanggaran Pilkada tahun ini. KPUD Nabire adalah sebuah lemabaga Indepent yang di duduki oleh manusia biasa, yang tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Pemaham secara dewasa dari masyarakat terhadap hal ini sangat penting.

KPUD Nabire memang mempunyai kewenangan penuh untuk menyelenggarakan Pilkada di suatu daerah, tetapi mereka (KPUD Nabire, red) juga di kordinir penuh oleh sebuah lembaga yang lebih tinggi dari mereka yaitu KPU Pusat. KPU Pusat-lah yang bertanggung jawab penuh terhadapa penyelenggaran segala Pemilihan Kepala Daerah suatu daerah bukan di Nabire saja tetapi hampir di seluruh Indonesia yang nantinya akan di teruskan kepada Presiden dan Mendagri sebagai penanggung jawab akhir.

Selain itu, kalau rakyat dan para kandidat tetap menuntut untuk adakan penyelenggaran Pilkada di tahun ini, yang jadi pertanyaan buat kita semua bagaimana nanti kalau Pilkada di Kabupaten Nabire di anggap illegal oleh Pemerintah Pusat. Perlu di pahami secara dewasa, Pilkada yang di selenggarakan secara illegal tidak akan mendapat pengakuan yang penuh dari Pemerintah Pusat. Selain itu, akibat yang di timbulkan lebih parah, dimana Pilkada Kabupaten Nabire akan di tuntut untuk di laksanakan ulang semua tahapannya. Tentunya semua kita tidak mengingkan seperti itu kan.

Kemudian kalau rakyat dan kandidat tetap beriskeras memaksa Pilkada Nabire di berlangsunkan tahun ini, nanti siapa yang mau melantik bupati terpilih di Kabupaten Nabire. Tidak mungkin Presiden, Mendagri dan Gubernur bersedia untuk melantik Bupati dan Wakil Bupati terpilih yang illegal. Kalau seperti itu nanti, kita hanya terkatung-katung bagai tak ada orang tua. Yang ujung-ujungnya kita sendiri yang semakin di persulit.


Mundur-pun Akan Kena Ulahnya

Pilkada Nabire kalau-pun di tunda tahun 2009 atau tahun 2010 ada konsekuensi yang harus di tanggung semua pihak di Kabupaten Nabire. Mulai dari KPUD Nabire, para kandidat, Partai Politik dan warga masyarakat Kabupaten Nabire. Yang dimana, semua ini tentunya sangat memukul batin kita.

KPUD Nabire sebagai lembaga penyelenggara yang telah merugikan segala aspek di Kabupaten Nabire bersedia untuk di tuntut oleh para kandidat. Papua Post Nabire, Selasa (12/23) lalu dimana di beritakan, bahwa pasangan “DAMAI” akan menuntu KPUD Nabire sebagai lembaga yang telah merugikan mereka. “saat ini Nabire aman-aman saja, tidak ada bencana ataupun gejolak. Tetapi kenapa Pilkada mau di tunda tahun 2010, terang butu dalam sumber Koran ini. Dengan penyindiran seperti itu, yang jelas dirinya akan bersedia menuntu balik pihak KPUD Nabire.

KPUD Nabire harus siap dengan segala kemampuannya apabila sampai Pilkada di tunda, karena nantinya satu persatu kandidat menuntut balik sebagai pihak yang merugikan. Seperti yang telah saya singgung, kalau-pun Pilkada di tunda ada konsekuensi yang KPUD Nabire tanggung. Diberikan kepercayaan berarti pasti mampu juga dalam mengahadapi segala persoalan dan ini menunjukan sikap “gentle” dari pada lembaga KPUD Nabire yang telah melakukan segala pembohongan dan kerugian di Kabupaten Nabire yang juga telah mengorbankan rakyat jelata yang tak tahu-menahu tentang politik.

Pada kandidat mengalami kerugian yang tak terkira hasilnya, uang yang di keluarkan untuk kampanye, pembelian baliho, poster serta segala keperluan lainnya bukan sedikit jumlahnya.“kalau tidak ada uang, siapa suruh mau calonkan diri giliran Pilkada mau di tunda tuntut sana-sini, terang Pianus Yarinap salah satu Mahasiswa USWIM Nabire beberapa saat lalu. Ketika melihat beberapa kandidat sedang ambil ancang-ancang untuk menuntut balik KPUD Nabire.

Ulah KPUD, kandidat serta warga masyarakat Nabire menjadi korban. Rakyat sendiri menjadi korban, lantaran dari hari ke hari menangis, ingin melihat siapa pemimpin yang dipercayakan nanti di tahun baru tahun 2009. tapi semua harapan dan tangisan itu, tentunya akan menjadi air mata yang sia-sia karena harus menunggu 2 tahun untuk pemilihan kalau-pun Pilkada Nabire benar-benar di tunda.

Tulisan ini hanya sebagai bahan acuan untuk KPUD Nabire sebagai lembaga yang bertanggung jawab penuh dan masyarakat Kabupaten Nabire sebagai penikmat pesta demokrasi pahami. Karena tugas pers dalam hal ini media cetak adalah mengarahkan Opini Publik yang kadang tidak menentu. Selamat menyosong Pilkada Nabire yang masih teki-teki. Dan ingat, semuanya belum terlambat. Pilihan sangat menentukan nasib Kabupaten Nabire di masa depan.

Akhir kata saya Pribadi Mengucapkan Selamat Natal 25 Desember 2008 dan Tahun baru 1 Januari 2009 untuk masyarakat kota Nabire yang beragama Nasrani. Semoga damai natal melalui kelahiran Putra-Nya Yesus Kristus menjadikan kita sebagai orang yang tetap tegar dalam menghadapi arus dunia yang kadang tidak menentu dan menusuk sanubari kita. (Penulis adalah Siswa SMA Kristen Anak Panah dan Jurnalis Muda Papua. Kunjungi webblognya di www.pogauokto.blogspot.com)








Read More......

Senin, 29 Desember 2008




Read More......

Rabu, 03 Desember 2008

selamat ulang tahun papua

~Selamat Ulang Tahun Papuaku~

Negeri yang indah, Negeri yang kaya
Negeri yang subur, Negeri yang menawan
Negeri yang jauh, Negeri yang terjauh

Disanalah ku temukan, burung cenderawasih
Burung tercantik se-dunia,
Disanalah ku temukan Emas dan Permata
Yang di bawah membangun separuh dunia
Disanalah ku temukan kedamaian
Yang kadang dikambing hitamkan

Telah genap usiamu yang ke-47
Usia yang sangat subur untuk mencapai segala cita-citamu
Usia yang sangat ranum, untuk engkau memanen hasil taburanmu

Tetepi entah mengapa…….!
Sampai saat ini, engkau tetapi miskin dan miskin
Entah mengapa……!
Engkau tetap belakang dan terbelakang
Tetapi entah mengapa juga
Engkau maju mundur, bak tak ada kehidupan

Hanya alam yang akan menjawab semua itu
Alam tahu semua tangisan itu
Alam mengerti semua persoalan itu
Alam akan menangis ketika diberi kesempatan untuk membukan mulut

Serigala berbulu domba yang selalu menyamar untuk memakan orang Papua
Penjahat yang selalu menjadi gembala untuk membinasakan orang Papua
Pembunuh yang selalu menjadi pendeta untuk membunuh orang Papua
Manusia biadap yang berubah menjadi hamba tanah ini untuk merampas segalanya di Papua.
Itulah manusia NKRI yang mengaku adanya Tuhan dalam dasar negera mereka

Mereka dalang pemusnah tanah ini
Mereka dalang pengacau tanah ini
Mereka dalan kerusuhan di tanah ini
Mereka dalang dan dalang yang merampas segala harkat, martabat dan bahkan sampai pada harga diri orang Papua sekalipun

Sampai kapan kalian mengakhiri semua ini
Kami sangat bosan ikut dengan kalian
Kami nangis melihat penderitaan ini
Kami jenuh, bosan, dan ingin rasanya untuk bunuh diri saja
Ketiak melihat kalian tetap dan tetap menjajah kami

Dimana rasa kemanusiaanmu
Dimana kecintaanmu pada Tuhanmu
Ataukah manusia Papua kalian pandang sebagai bintang
Ataukah juga manusia papua kalian pandang sebagai tikus mati
Ataukah dan ataukah kalian ingin menghabisi orang Papua.

Cukup dan cukup penderitaan ini
Cukup dan cukup Papua membisu
Papua pasti merdeka
Papua pasti bebas
Tinggal tunggu saja tanggal mainnya

Selamat Ulang Tahun tanahku Papua.

renungan pribadi, dari tanah pembantaian (pogau)


Read More......

Selasa, 02 Desember 2008

Papua Antara HAM dan Kepentingan RI

Oleh : Oktovianus Pogau

Terkutuklah manusia yang membunuh sesamanya tanpa sebab dan akibat. Membunuh sesama manusia sama saja dengan membunuh sang pencipta yang telah menciptakan, dan tentunya bukan tidak mungkin sang pencipta akan marah dan geram terhadap pembunuh tersebut. Nah dengan demikian hal ini perlu menjadi perenungan panjang kepada setiap bangsa, suku, dan Golongan yang sering melakukan kejahatan biadap terhadap sesamanya.

Papua adalah negeri paling timur, negeri paling kaya, negeri paling subur, negeri paling Indah, sehingga tidak heran kalau banyak Negara didunia berlomba-lomba untuk mendapatkan dan menguasainya. Sebut saja pada abad ke-16 lalu beberapa pelaut spanyol saat menginjakan kakinya di bumi cenderawasih mereka kaget dan tercengah dengan kekeyaan alam di Papua, bahkan mereka sempat memberi julukan yang masih popular samapi saat ini yaitu julukan “negeri emas” (“P.J Droglover, Een daad van vrije keuze De Papoea’s van westelijk Nieuw-Guinea en de grenzen van het zelfbeschikkingsrecht” (November, 2005)

Selain bangsa spanyol, adalagi bangsa Portugis. Salah satu bangsa yang menginjakan kakinya di bumi cenderawasih sebelum beralih menguasai Papua New Guinea. Ambisi daripada bangsa portugis sangat nyata dengan perjuangan mereka yang begitu gigih untuk mendapatkan negeri emas ini (Papua, red) namun sia-sia karena kekuatan dan kepopuleran mereka kalah kuat di bandingkan bangsa besar lainnya.

Spanyol, portugis, yang kemudian lebih popular dan tren menguasai Papua adalah Bangsa Belanda. Dibawah penjajahan belanda Papua niscaya bias tertolong dan bisa terbantu. Berbagai kekayaan alam yang ada di Papua bukan saja dibawah untuk membangun negeri mereka, tetapi kontribusi mereka dalam membangun Papua juga sangat besar. Dan hal ini tentunya sangat membantu mereka, sehingga tidak heran pada zaman itu banyak orang Papua di paksakan untuk menempuh pendidikan di Belanda.

Kehidupan social, ekonomi, budaya pada saat di bahwa kendali bangsa belanda sangat baik. Dan selama itu tidak pernah ada satupun golongan atau kelompokpun yang protes dan jenuh terhadap pemerintahan bangsa belanda. Mungkin pada zaman itu orang Papua berpikir, ngapain kita memisahkan diri dari mereka (belanda, red) toh..kehidupan kita terjamin, anak cucu kita bisa makan dan hidup.

Kehidupan yang merata antara pemerintah belanda dan masyarakat Papua saat dibahwa kuasa belanda tentunya menimbulkan kecemburuan yang sangat mendalam bagi pemerintah Indonesia. Dari tahun ke tahun kecemburuan itu semakin tumpuk, sehingga puncaknya pada saat Presiden Soeharto mengeluarkan Trikora, yang berimbas pada adanya New York Agrement, yang sekaligus diadakannya PEPERA sebagai syarat mutlak untuk kejelasan status Negara Papua.

Kemudian moment ini (pepera, red) yang digunakan pemerintah Indonesia untuk tetap menjajah, membelenggu, membantai dan membunuh orang Papua. Padahal gula-gula (pepera, red) yang di tawarkan oleh Amerika telah dan sangat begitu cacat.

Memasuki Kehidupan Baru yang lebih kejam

Kejam dan kejam ketika akan diberlangsungkan keputusan gombal yang dibuat oleh Elswoth Bungker, untuk menyelamatkan muka Amerika agar disebut sebagai Negara adikuasa yang mampu mengubah segalanya, termasuk membawah masuk bangsa Papua kedalam pangkuan Ibu Pertiwi.

Pada saat itu walaupun Amerika telah menjadi dewi dalam menyelamatkan wajah bangsa Indonesia dari sorotan internasional, toh mereka sendiri yang telah melakukan pelanggaran HAM yang sangat berat. Kita tahu sendiri PEPERA diberlangsungkan pada tahun 1969. Namun kontrak kerja dan kepemilikan PT Freport Indonesia di Mimika telah diberlangsungkan pada tahun 1967. Jadi dua tahun sebelum Papua beralihpaksa ketangan NKRI PT Freport telah menjadi milki Amerika.

Ada apa dibelakang semua itu. Ini kepentingan siapa? Memalukan bukan? Amerika telah mencuri, membunuh, dan membinasakan bangsa Papua secara perlahan tanpa sepengetahuna siapapun. Dan ini suatu permainan yang menguntungkan baik Indonesua maupun Amerika.

Amerika layaknya suatu Negara yang berbulu domba, namun berhati serigala. Jangan dengan berbagai iming-iming janji politik yang mereka buat untuk membebaskan Papua di jadikan ukuran tunggal untuk mempercayai mereka dalam membantu dan membebaskan Papua.

Setelah PEPERA diberlangsungkan, kehidupan bak neraka itu dirasakan oleh seluruh rakyat Papua. Dimana beberapa kelompok yang kontra terhadapa Amerika dan Indonesia dihanguskan dari bumi Papua, Militer dengan kejam dan bejat mengusir, menjajah dan memenjarahkan mereka. Semua itu diberlangkan dengan alasan yang sangat tidak jelas. Silas Papare, Frans Kaisepo, Marthen Indey menjadi pahlawan Asal Papua yang diabdikan namanya di seantoro Indonesia.

Padahal ketiga orang inilah yang telah menjual dan mencelakakan Papua. Bebebrapa pejuang Papua yang tidak sepaham dengan sendirinya mengambil jalan pintas untuk ke beberapa Negara yang mereka rasa dapat menjamin hidup mereka. Karena mereka menyadari, kalau hidup dinegara Indonesia, neraka kedua akan menjadi pilihan. Siapa sih yang ingin tinggal di neraka.

Kehidupan perekonomiaan di Papua setelah PEPERA berlangsungpun sangat memprihatinkan. Banyak korban yang berjatuhan. Banyak dalih, karena sakit, kelaparan dan lain sebagainya. Padahal hidup ditanah perjanjian yang penuh dengan susu dan madu.

Lain halnya dengan keamanan di Papua setelah berlangsungnya PEPERA. Militer dengan semena-menanya membumihanguskan orang Papua dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Seperti dianggap OPM, GPK, Separtis, pengacau, pecundang dan lain sebagainya. Yang semua itu kalau di kaji bukan salah orang Papua, tetapi semua itu berbicara atas kenyataan dan fakta yang sedang dan telah terjadi.

Lain halnya dengan pendidikan setelah PEPERA berlangsung, rakyat Papua harus menangis dan menangis melihat putra-putri kebanggaan mereka tidak bisa mengenyam pendidikan dengan baik. Hanya didikan mental ala jawa yang di tanamkan, sehingga tidak heran kalau sampai saat ini mental semua pemuda-pemudi di Papua telah rusak.

Saat belanda berada di Papua, mengenyam pendidikan yang layak bagi mereka dalah suatu kewajiban yang harus diberikan. Sehingga beberapa orang Papua didik oleh beberapa orang belanda dengan didikan yang sangat keras dan luar biasa. Sehingga sekarang banyak tua-tua yang didik oleh orang belanda masih memiliki pikiran yang sangat cemerlang.

Bahkan pada saat itu banyak anak Papua yang dikirim ke beberapa Negara di luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sehingga mereka memilki kemampuan yang sangat luar biasa dibandinkan dengan beberapa anak Papua yang menempuh pendidikan di dalam Negara Indonesia.

Ingin Kembali Ke Era Itu

Siapapun orang Papua, kalau disuruh memilih. Maka dengan tegas akan menjawab semua ingin kembali ke era belanda dulu. Lebih enak tinggal bersama bangsa yang mengutamakan nilai kemanusiaan, dari pada hidup di bawah tekanan Negara yang tidak pernah menghargai kemanusiaan sesamanya.

Negara Indonesia adalah salah contoh Negara yang tidak pernah menghargai harkat, martabat dan jati diri setiap orang. Saat ini setiap orang Papua dibekap dengan berbagai janji mengairahkan yang kalau di telusuri berarah pada “politk devide et imper” politik yang di gunakan nazi Jerman untuk menghanguskan orang Yahudi abad ke 13 Lalu.

Memang sanagt menyakitkan hidup di Negara yang seperti ini. Punya susunan hukum, norma dan aturan yang terstruktur dengan sangat rapi. Namun kerapiaan itu hanya untuk mencari dan nama baik dari beberapa pengamat dluar. Nama baik bagi Negara Indonesua adalah segalanya, dari pada membumihangsukan sekian banyak orang Papua. Data yang dirangkum pada tahun 2007 lalu dari Komnas Amnesti Internasional orang Papua yang hilang dengan berbagai macam alasan adalah kurang lebih 2 juta orang.

Kematian orang Papua bagaikan fenomena gunung es yang tak terbendung banyaknya. Data yang kongkrit menunjukan, bahwa adanya peningkatan jumlah masyarakat Papua yang meninggal saat setelah berlangsungnya PEPERA. Bagi pemerintah Indonesia, saat setelah berlangsungnya PEPERA kekuasaan dan balas dendam yang harus di jalankan.

Makanya Ortiz sanz, utusan PBB untuk mengawasi jalannya PEPERA untuk Papua lalu pernah mengukapkan dengan jelas kekecewaan pada pemerintah Indonesia yang memutarbalikan berbagai keadaan untuk tetap dan tetap menjajah Papua. Hal yang paling memalukan menurutnya bahwa bangsa Indonesia dengan terpaksa menarik diri dari keanggotan PBB dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal, supaya Papua tetap berada dalam keutuhan NKRI agar pihak PBB tidak bisa menggagalkan jalan ini.
Dalam beberapa kali pertemuan di Markas PBB Oritiz sanz mengukapkan dengan jelas permintaan maafnya pada rakyat dan Masyarakat Papua, yang beliau tahu senditi kalau hal ini (pepera, red) tidak sesuai dengan amanat hati nurani rakyat Papua. Bahkan saat Ortiz san berkeliling ke Papua saat akan diberlangsukannya PEPERA beberapa warga Papua yang tidak terima dengan perlakuan pemerintah NKRI ngotot agar PBB melaporkan dan usut tuntas kelalaian pemerintah Indonesia dalam menjalankan PEPERA.

Namun apa kata, sampai PEPERA diberlangsukan. Tindakan yang diambil oleh PBB dalam hal ini Ortiz sanz dan beberapa pengamat sama sekalit tidak menunjukan pembelaan dan pro terhadapar rakyat Papua. Dalam beberapa kesempatan ketemu dengan beberapa tokoh pemuda dan masyarakat Ortiz sanz pernah mengukapkan permintaan maafnya, yang bukan berarti tidak mau membela rakyat Papua, tetapi karena perintah dan aturan yang berlaku di Negara Indonesia sangat bejat.


Menyadari berbagai kesalahan dan kelemahan yang dihadapi oleh beberapa saat lalu. Maka dengan ketulusan dan ketegangan hari sebenarnya seluruh rakyat Papua ingin meminta agar memisahkan diri mereka dari segala penjajahan, walaupun kenyataannya penjajahan itu tidak Nampak ke permukaaan.


Alasan Sumber Daya Manusia

Suatu alasan sanga tidak valid yang bisa mereka berikan, apabila alasan SDM dijadikan ukuran dan standar untuk tidak melepaskan orang Papua dari berbagai penjajahan. Karena dengan jelas, dalam UUD 1945 sendiri mengatakan bahwa setiap warga Negara berhak menentukan nasibnya sendiri, jadi bukankah seluruh warga Papua punya hak juga untuk menentukan nasibnya sendiri, jangan jadikan PEPERA sebagai ukuran untuk Papua tetap ada di tangan NKRI karena jelas-jelas PEPERA telah cacat dan bercela.

Saat Presiden Soekarno mengadu nasib di Negeri belanda dalam Pidatonya Dengan judul “Lahirnya Pancasila” teringat persisi beberapa contoh yang yang beliau beberkan. Dan bagi saya, contoh ini adalah salah satu contoh yang patut di pelajar oleh para petinggi Negeri ini.

Saat Negara arab Saudi memperjuangkan nasib Negara mereka yang masih dalam penjajahan Kolonila Inggris, dengan lantang pimpinan mereka tuan Ibn Saud mengatakan, bahwa pemerintah Inngris tidak bisa menilai keterbelakangan bangsa Arab Saudi sebagai suatu alasan untuk tidak memberikan kebebasannya. Saat itu keterbelakangan (kebodohan, red) yang mereka alami sangatlah krusial atau memalukan. Saking bodohnya mereka, saat itu mereka berpikir bahan bakar mobil adalah gandum. Padahal gandum adalah bahan makanan pokok.

Jadi situasi mereka pada saat itu sangat bodoh dibandingkan dengan bangsa Indonesia pada saat bangsa Belanda menjajah. Bahkan jauh lebih pintar orang Papua saat ini. Dengan situasi seperti itu, toh bangsa Inggris memahami mereka dengan memberikan kemerdekaan pada saat itu, sehingga saat ini arab Saudi tergolong sebagai suatu Negara yang cukup sangat makmur dibandingkan dengan Negara lainnya di dunia, bahkan jauh makmurnya dibandingkan dengan Negara Indonesia. Karena Kolonial Inggris memahami kebebasan dan hak setiap orang untuk hidup.

Jadi bagi saya, dan bagi Presiden Soekarno pada saat Menggagaskan lahirnya pancasila pada beberapa tahun silam, ukuran ketidakberdayaan Sumber Daya Manusia bukan alasan utama untuk tidak memberikan kebebasan kepada suatu daerah dalam hal ini kepada Bangsa Papua. Sudah sangat jelas kan, problematika yang terjadi.


Mungkin ini Alasan Sebenarnya

Saya bukanlah serang pengamat politik yang handal dan luar biasa, tetapi saya hanyalah seorang pengamat ketidakbenaran yang sudah sangat memalukan yang terjadi di Negara yang mengatasnamakan TUHAN dalam sila mereka. Sehingga apapun yang saya beberkan dalam tulisan ini, inilah yang bisa saya ungkapkan, karena kebenaran fakta dan kelogisan sejarah.

Seperti paragraph utama diatas, bagaimana saya membeberkan dengan jelas alasan beberapa Negara untuk menjajah dan menguasai orang Papua. Dan bukan alasan yang tidak benar kalau, tujuan utama bangsa Papua tetap dijajah dan dijajah oleh pemerintah Indonesia atas dasar kekyaan orang PAPUA yang ingin di nikmati dan dilahap oleh pemerintah Pusat.

Bukti rakusnya mereka pada kekayaan Papua itu terbukti besar dengan pemberian status Otonomi Khusus yang lebih menguntungkan pemerintah Pusat. Dengan hadirnya Otsus orang Papua lebih dibodohi lagi, dengan iming-iming pemberdayaan orang Papua.

Siapapun tidak bisa menilai kalau Otsus telah membantu rakyat Papua, lihat saja beberapa Perdasi dan Perdasus yang di susun oleh DPRD dan MRP sampai saat ini belum ada satupun yang di tandatangani oleh Gubernur. Semua itu bukan salah gubernur, tetapi semua itu salah Pemerintah Pusat. Tidak lain tujuannya untuk memecah belah orang Papua.

Setelah Presiden Mengawati Soekarno Putri memecah belah orang Papua dengan pemekaran Irian Jaya barat (Papua barat, red) nah sekarang giliran Presiden SBY untuk memecah belah orang Papua. Dengan pemberian beberapa KEPRES yang dinilai sangat krusial untuk di tanamkan di Papua, aneh bukan permainan seperti ini?

Membingunkan, ketika Theys Hiyo Eluay, Opius Tabuni dan beberapa orang Papua meninggal pemerintah Pusat tidak pernah sibuk dengan hal itu. Tetapi ketika kekayaan dan harta orang Papua di rebut oleh beberapa Negara luar, maka dimana-mana akan menjadi perbincangan dan perdebatan yang sangat luar biasa. Kemana wajah neger ini?

Papua hanya di jadikan ajang untuk memperkaya Jakarta dan sekitarnya. Papua hanya di jadikan symbol untuk mendapat berbagai pengakuan dan kekayaan dari luar. Memalukan bukan? Bagi mereka kemanusia orang Papua sangat tidak bernilai dibandingkan dengan harta dan kekayaan yang ada. Makanya jangan heran, kalau SBY serta kroni-kroninya pergi ributkan masalah LNG Tangguh di negeri china.

Ulasan ini hanya perenungan yang perlu untuk di renungkan, terutama di tujukan untuk Pejabat Jakarta dan sekitarnya yang selalu jahat dan begis terhadapa masyarakat dan Kekayaan alam di PAPUA. Pada akhirnya perlu di pahami, bahwa semua manusia di muka bumi perlu yang namanya kebebasan. Kebebasan adalah pintu untuk mencapai keselamatan.





Diposkan oleh freE-DOm di Minggu, November 09, 2008 0 komentar Link ke posting ini

Label: HAM, INDONESIA, PAPUA, POLITIK
Papua adalah negeri paling timur, negeri paling kaya, negeri paling subur, negeri paling Indah, sehingga tidak heran kalau banyak Negara didunia berlomba-lomba untuk mendapatkan dan menguasainya. Sebut saja pada abad ke-16 lalu beberapa pelaut spanyol saat menginjakan kakinya di bumi cenderawasih mereka kaget dan tercengah dengan kekeyaan alam di Papua, bahkan mereka sempat memberi julukan yang masih popular samapi saat ini yaitu julukan “negeri emas” (“P.J Droglover, Een daad van vrije keuze De Papoea’s van westelijk Nieuw-Guinea en de grenzen van het zelfbeschikkingsrecht” (November, 2005)

Selain bangsa spanyol, adalagi bangsa Portugis. Salah satu bangsa yang menginjakan kakinya di bumi cenderawasih sebelum beralih menguasai Papua New Guinea. Ambisi daripada bangsa portugis sangat nyata dengan perjuangan mereka yang begitu gigih untuk mendapatkan negeri emas ini (Papua, red) namun sia-sia karena kekuatan dan kepopuleran mereka kalah kuat di bandingkan bangsa besar lainnya.

Spanyol, portugis, yang kemudian lebih popular dan tren menguasai Papua adalah Bangsa Belanda. Dibawah penjajahan belanda Papua niscaya bias tertolong dan bisa terbantu. Berbagai kekayaan alam yang ada di Papua bukan saja dibawah untuk membangun negeri mereka, tetapi kontribusi mereka dalam membangun Papua juga sangat besar. Dan hal ini tentunya sangat membantu mereka, sehingga tidak heran pada zaman itu banyak orang Papua di paksakan untuk menempuh pendidikan di Belanda.

Kehidupan social, ekonomi, budaya pada saat di bahwa kendali bangsa belanda sangat baik. Dan selama itu tidak pernah ada satupun golongan atau kelompokpun yang protes dan jenuh terhadap pemerintahan bangsa belanda. Mungkin pada zaman itu orang Papua berpikir, ngapain kita memisahkan diri dari mereka (belanda, red) toh..kehidupan kita terjamin, anak cucu kita bisa makan dan hidup.

Kehidupan yang merata antara pemerintah belanda dan masyarakat Papua saat dibahwa kuasa belanda tentunya menimbulkan kecemburuan yang sangat mendalam bagi pemerintah Indonesia. Dari tahun ke tahun kecemburuan itu semakin tumpuk, sehingga puncaknya pada saat Presiden Soeharto mengeluarkan Trikora, yang berimbas pada adanya New York Agrement, yang sekaligus diadakannya PEPERA sebagai syarat mutlak untuk kejelasan status Negara Papua.

Kemudian moment ini (pepera, red) yang digunakan pemerintah Indonesia untuk tetap menjajah, membelenggu, membantai dan membunuh orang Papua. Padahal gula-gula (pepera, red) yang di tawarkan oleh Amerika telah dan sangat begitu cacat.

Memasuki Kehidupan Baru yang lebih kejam

Kejam dan kejam ketika akan diberlangsungkan keputusan gombal yang dibuat oleh Elswoth Bungker, untuk menyelamatkan muka Amerika agar disebut sebagai Negara adikuasa yang mampu mengubah segalanya, termasuk membawah masuk bangsa Papua kedalam pangkuan Ibu Pertiwi.

Pada saat itu walaupun Amerika telah menjadi dewi dalam menyelamatkan wajah bangsa Indonesia dari sorotan internasional, toh mereka sendiri yang telah melakukan pelanggaran HAM yang sangat berat. Kita tahu sendiri PEPERA diberlangsungkan pada tahun 1969. Namun kontrak kerja dan kepemilikan PT Freport Indonesia di Mimika telah diberlangsungkan pada tahun 1967. Jadi dua tahun sebelum Papua beralihpaksa ketangan NKRI PT Freport telah menjadi milki Amerika.

Ada apa dibelakang semua itu. Ini kepentingan siapa? Memalukan bukan? Amerika telah mencuri, membunuh, dan membinasakan bangsa Papua secara perlahan tanpa sepengetahuna siapapun. Dan ini suatu permainan yang menguntungkan baik Indonesua maupun Amerika.

Amerika layaknya suatu Negara yang berbulu domba, namun berhati serigala. Jangan dengan berbagai iming-iming janji politik yang mereka buat untuk membebaskan Papua di jadikan ukuran tunggal untuk mempercayai mereka dalam membantu dan membebaskan Papua.

Setelah PEPERA diberlangsungkan, kehidupan bak neraka itu dirasakan oleh seluruh rakyat Papua. Dimana beberapa kelompok yang kontra terhadapa Amerika dan Indonesia dihanguskan dari bumi Papua, Militer dengan kejam dan bejat mengusir, menjajah dan memenjarahkan mereka. Semua itu diberlangkan dengan alasan yang sangat tidak jelas. Silas Papare, Frans Kaisepo, Marthen Indey menjadi pahlawan Asal Papua yang diabdikan namanya di seantoro Indonesia.

Padahal ketiga orang inilah yang telah menjual dan mencelakakan Papua. Bebebrapa pejuang Papua yang tidak sepaham dengan sendirinya mengambil jalan pintas untuk ke beberapa Negara yang mereka rasa dapat menjamin hidup mereka. Karena mereka menyadari, kalau hidup dinegara Indonesia, neraka kedua akan menjadi pilihan. Siapa sih yang ingin tinggal di neraka.

Kehidupan perekonomiaan di Papua setelah PEPERA berlangsungpun sangat memprihatinkan. Banyak korban yang berjatuhan. Banyak dalih, karena sakit, kelaparan dan lain sebagainya. Padahal hidup ditanah perjanjian yang penuh dengan susu dan madu.

Lain halnya dengan keamanan di Papua setelah berlangsungnya PEPERA. Militer dengan semena-menanya membumihanguskan orang Papua dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Seperti dianggap OPM, GPK, Separtis, pengacau, pecundang dan lain sebagainya. Yang semua itu kalau di kaji bukan salah orang Papua, tetapi semua itu berbicara atas kenyataan dan fakta yang sedang dan telah terjadi.

Lain halnya dengan pendidikan setelah PEPERA berlangsung, rakyat Papua harus menangis dan menangis melihat putra-putri kebanggaan mereka tidak bisa mengenyam pendidikan dengan baik. Hanya didikan mental ala jawa yang di tanamkan, sehingga tidak heran kalau sampai saat ini mental semua pemuda-pemudi di Papua telah rusak.

Saat belanda berada di Papua, mengenyam pendidikan yang layak bagi mereka dalah suatu kewajiban yang harus diberikan. Sehingga beberapa orang Papua didik oleh beberapa orang belanda dengan didikan yang sangat keras dan luar biasa. Sehingga sekarang banyak tua-tua yang didik oleh orang belanda masih memiliki pikiran yang sangat cemerlang.

Bahkan pada saat itu banyak anak Papua yang dikirim ke beberapa Negara di luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sehingga mereka memilki kemampuan yang sangat luar biasa dibandinkan dengan beberapa anak Papua yang menempuh pendidikan di dalam Negara Indonesia.

Ingin Kembali Ke Era Itu

Siapapun orang Papua, kalau disuruh memilih. Maka dengan tegas akan menjawab semua ingin kembali ke era belanda dulu. Lebih enak tinggal bersama bangsa yang mengutamakan nilai kemanusiaan, dari pada hidup di bawah tekanan Negara yang tidak pernah menghargai kemanusiaan sesamanya.

Negara Indonesia adalah salah contoh Negara yang tidak pernah menghargai harkat, martabat dan jati diri setiap orang. Saat ini setiap orang Papua dibekap dengan berbagai janji mengairahkan yang kalau di telusuri berarah pada “politk devide et imper” politik yang di gunakan nazi Jerman untuk menghanguskan orang Yahudi abad ke 13 Lalu.

Memang sanagt menyakitkan hidup di Negara yang seperti ini. Punya susunan hukum, norma dan aturan yang terstruktur dengan sangat rapi. Namun kerapiaan itu hanya untuk mencari dan nama baik dari beberapa pengamat dluar. Nama baik bagi Negara Indonesua adalah segalanya, dari pada membumihangsukan sekian banyak orang Papua. Data yang dirangkum pada tahun 2007 lalu dari Komnas Amnesti Internasional orang Papua yang hilang dengan berbagai macam alasan adalah kurang lebih 2 juta orang.

Kematian orang Papua bagaikan fenomena gunung es yang tak terbendung banyaknya. Data yang kongkrit menunjukan, bahwa adanya peningkatan jumlah masyarakat Papua yang meninggal saat setelah berlangsungnya PEPERA. Bagi pemerintah Indonesia, saat setelah berlangsungnya PEPERA kekuasaan dan balas dendam yang harus di jalankan.

Makanya Ortiz sanz, utusan PBB untuk mengawasi jalannya PEPERA untuk Papua lalu pernah mengukapkan dengan jelas kekecewaan pada pemerintah Indonesia yang memutarbalikan berbagai keadaan untuk tetap dan tetap menjajah Papua. Hal yang paling memalukan menurutnya bahwa bangsa Indonesia dengan terpaksa menarik diri dari keanggotan PBB dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal, supaya Papua tetap berada dalam keutuhan NKRI agar pihak PBB tidak bisa menggagalkan jalan ini.
Dalam beberapa kali pertemuan di Markas PBB Oritiz sanz mengukapkan dengan jelas permintaan maafnya pada rakyat dan Masyarakat Papua, yang beliau tahu senditi kalau hal ini (pepera, red) tidak sesuai dengan amanat hati nurani rakyat Papua. Bahkan saat Ortiz san berkeliling ke Papua saat akan diberlangsukannya PEPERA beberapa warga Papua yang tidak terima dengan perlakuan pemerintah NKRI ngotot agar PBB melaporkan dan usut tuntas kelalaian pemerintah Indonesia dalam menjalankan PEPERA.

Namun apa kata, sampai PEPERA diberlangsukan. Tindakan yang diambil oleh PBB dalam hal ini Ortiz sanz dan beberapa pengamat sama sekalit tidak menunjukan pembelaan dan pro terhadapar rakyat Papua. Dalam beberapa kesempatan ketemu dengan beberapa tokoh pemuda dan masyarakat Ortiz sanz pernah mengukapkan permintaan maafnya, yang bukan berarti tidak mau membela rakyat Papua, tetapi karena perintah dan aturan yang berlaku di Negara Indonesia sangat bejat.


Menyadari berbagai kesalahan dan kelemahan yang dihadapi oleh beberapa saat lalu. Maka dengan ketulusan dan ketegangan hari sebenarnya seluruh rakyat Papua ingin meminta agar memisahkan diri mereka dari segala penjajahan, walaupun kenyataannya penjajahan itu tidak Nampak ke permukaaan.


Alasan Sumber Daya Manusia

Suatu alasan sanga tidak valid yang bisa mereka berikan, apabila alasan SDM dijadikan ukuran dan standar untuk tidak melepaskan orang Papua dari berbagai penjajahan. Karena dengan jelas, dalam UUD 1945 sendiri mengatakan bahwa setiap warga Negara berhak menentukan nasibnya sendiri, jadi bukankah seluruh warga Papua punya hak juga untuk menentukan nasibnya sendiri, jangan jadikan PEPERA sebagai ukuran untuk Papua tetap ada di tangan NKRI karena jelas-jelas PEPERA telah cacat dan bercela.

Saat Presiden Soekarno mengadu nasib di Negeri belanda dalam Pidatonya Dengan judul “Lahirnya Pancasila” teringat persisi beberapa contoh yang yang beliau beberkan. Dan bagi saya, contoh ini adalah salah satu contoh yang patut di pelajar oleh para petinggi Negeri ini.

Saat Negara arab Saudi memperjuangkan nasib Negara mereka yang masih dalam penjajahan Kolonila Inggris, dengan lantang pimpinan mereka tuan Ibn Saud mengatakan, bahwa pemerintah Inngris tidak bisa menilai keterbelakangan bangsa Arab Saudi sebagai suatu alasan untuk tidak memberikan kebebasannya. Saat itu keterbelakangan (kebodohan, red) yang mereka alami sangatlah krusial atau memalukan. Saking bodohnya mereka, saat itu mereka berpikir bahan bakar mobil adalah gandum. Padahal gandum adalah bahan makanan pokok.

Jadi situasi mereka pada saat itu sangat bodoh dibandingkan dengan bangsa Indonesia pada saat bangsa Belanda menjajah. Bahkan jauh lebih pintar orang Papua saat ini. Dengan situasi seperti itu, toh bangsa Inggris memahami mereka dengan memberikan kemerdekaan pada saat itu, sehingga saat ini arab Saudi tergolong sebagai suatu Negara yang cukup sangat makmur dibandingkan dengan Negara lainnya di dunia, bahkan jauh makmurnya dibandingkan dengan Negara Indonesia. Karena Kolonial Inggris memahami kebebasan dan hak setiap orang untuk hidup.

Jadi bagi saya, dan bagi Presiden Soekarno pada saat Menggagaskan lahirnya pancasila pada beberapa tahun silam, ukuran ketidakberdayaan Sumber Daya Manusia bukan alasan utama untuk tidak memberikan kebebasan kepada suatu daerah dalam hal ini kepada Bangsa Papua. Sudah sangat jelas kan, problematika yang terjadi.


Mungkin ini Alasan Sebenarnya

Saya bukanlah serang pengamat politik yang handal dan luar biasa, tetapi saya hanyalah seorang pengamat ketidakbenaran yang sudah sangat memalukan yang terjadi di Negara yang mengatasnamakan TUHAN dalam sila mereka. Sehingga apapun yang saya beberkan dalam tulisan ini, inilah yang bisa saya ungkapkan, karena kebenaran fakta dan kelogisan sejarah.

Seperti paragraph utama diatas, bagaimana saya membeberkan dengan jelas alasan beberapa Negara untuk menjajah dan menguasai orang Papua. Dan bukan alasan yang tidak benar kalau, tujuan utama bangsa Papua tetap dijajah dan dijajah oleh pemerintah Indonesia atas dasar kekyaan orang PAPUA yang ingin di nikmati dan dilahap oleh pemerintah Pusat.

Bukti rakusnya mereka pada kekayaan Papua itu terbukti besar dengan pemberian status Otonomi Khusus yang lebih menguntungkan pemerintah Pusat. Dengan hadirnya Otsus orang Papua lebih dibodohi lagi, dengan iming-iming pemberdayaan orang Papua.

Siapapun tidak bisa menilai kalau Otsus telah membantu rakyat Papua, lihat saja beberapa Perdasi dan Perdasus yang di susun oleh DPRD dan MRP sampai saat ini belum ada satupun yang di tandatangani oleh Gubernur. Semua itu bukan salah gubernur, tetapi semua itu salah Pemerintah Pusat. Tidak lain tujuannya untuk memecah belah orang Papua.

Setelah Presiden Mengawati Soekarno Putri memecah belah orang Papua dengan pemekaran Irian Jaya barat (Papua barat, red) nah sekarang giliran Presiden SBY untuk memecah belah orang Papua. Dengan pemberian beberapa KEPRES yang dinilai sangat krusial untuk di tanamkan di Papua, aneh bukan permainan seperti ini?

Membingunkan, ketika Theys Hiyo Eluay, Opius Tabuni dan beberapa orang Papua meninggal pemerintah Pusat tidak pernah sibuk dengan hal itu. Tetapi ketika kekayaan dan harta orang Papua di rebut oleh beberapa Negara luar, maka dimana-mana akan menjadi perbincangan dan perdebatan yang sangat luar biasa. Kemana wajah neger ini?

Papua hanya di jadikan ajang untuk memperkaya Jakarta dan sekitarnya. Papua hanya di jadikan symbol untuk mendapat berbagai pengakuan dan kekayaan dari luar. Memalukan bukan? Bagi mereka kemanusia orang Papua sangat tidak bernilai dibandingkan dengan harta dan kekayaan yang ada. Makanya jangan heran, kalau SBY serta kroni-kroninya pergi ributkan masalah LNG Tangguh di negeri china.

Ulasan ini hanya perenungan yang perlu untuk di renungkan, terutama di tujukan untuk Pejabat Jakarta dan sekitarnya yang selalu jahat dan begis terhadapa masyarakat dan Kekayaan alam di PAPUA. Pada akhirnya perlu di pahami, bahwa semua manusia di muka bumi perlu yang namanya kebebasan. Kebebasan adalah pintu untuk mencapai keselamatan.


Read More......

Bersabar Dalam Penderitaan

Hal paling sulit dan terberat yang dipikul manusia dalam hidupnya adalah, bagaimana orang itu harus bersabar dalam berbagai penderitaan yang dialamaninya. Baik pendertiaan secara batin maupun secara rohani.

Beberapa saat lalu saya membaca sebuah tulisan di salah satu situs. Yang menarik bagi saya dengan tulisan itu, bagaimana seorang ibu menceritakan ketabahan dan kesabaran dia untuk mendidik, mengasuh dan menjaga anaknya yang pada saat telah menderita penyakit autis dari sejak kecil

Yang lebih menarik, ibunya mengatakan sakit yang dihadapi oleh anaknya adalah kesenangan dan sukacita bagi kehidupannya. Sehingga dalam hidupnya, dia lebih mementingkan untuk mengurus berbagai penderitaan yang dihadapai oleh anaknya daripada mengerjakan berbagi penderitaannya.

Sebuah contah diatas tentunya bias memberikan kita sebuah gambaran yang sungguh sangat menarik, seseorang untuk bersabar dalam penderiaan bukan hal termudah. Orang sabar harus merelakan keinginan dagingnya dibekap oleh segala kegitaan. Orang yang sabar harus meninggalkan berbagai keinginan dunianya, orang sabar bersedia menangsi dalam segala hal.

Setiap orang didunia pasti pernah dihadapkan dengan saat-saat seperti itu. Saya saya senditi tidak tahu, apa reaksi dan tindakan setiap orang ketika menghadapi semua ini, apakah mereka sabar bahkan dengan tenang hati menjalaninya, ataukah mereka dengan emosinya akan melupakan berbagai penderitaan itu dengan cara hidup menyamar atau hidup serba senang.

Semoga kita menjadi seseorang bias sabar dan tabah dalam segalah hal untuk kepentingan orang lain daripada kepentingan kita.

Read More......

pemuda harus pemenang

MENJADI Pemenang dalam berbagai gejala perkembangan daerah yang tidak menentu bukanlah hal mudah. Apalagi kalau ini menyangkut masa remaja yang sering kali dikatakan sebagai masa yang paling menyenangkan dari segala masa.

Berpikir seperti itu, sehingga tidak heran banyak anak muda lebih sering menghabiskan banyak waktu mereka untuk kesenangan berbagai hal duniawi.

Contoh nyata, anak-anak muda lebih senang mengunjungi tempat wisata pada hari minggi daripada pergi ke Ibadah. Dan hal ini tentunya telah cukup membudaya di berbagai kalangan remaja, apalgi bagi mereka yang hidupnya tidak pernah terkontrol

Tidak sampai disitu saja, tetapi masih banyak praktek-praktek tidak menggembirakan yang dibuat oleh baiik anak-anam muda. Mereka lebih sering dan suka dengar lagu dunia dibandingkan dengan lagi geraja atau lagu rohani.

Lantas yang jadi pertanyaan, kemana generasi muda diera ini. Apakah mata hatinya telah tertutup dengan perkembangan zaman yang kian hari kian modern. Semoga tidak menutup mata hari kita sampai tuli buta.

Beranjaka daripada itu blog ini dibuat, ingin memberikan informasi sekaligus pemahaman kepada beberap anak muda di luar Papua, bahwa pemuda di Papua, terlebih khusus tidak hanya tinggal diam dalam menangani ini.

Semoga beberap event yang akan kami buat kedepan ini akan menjadi ajang perkenalan kita-kita sekalian.

Read More......

Ibadah 1 Desember

PERAYAAN ibadah peringatan 1 Desember 1961, yang disebut-sebut Hari Kemerdekaan Papua Barat, berlangsung di Taman Peringatan Kemerdekaan dan Pelanggaran Hak Asazi Manusia, di Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin (1/12). Acara ini diwarnai dengan hadirnya puluhan Bendera Bintang Kejora kecil yang dikibar-kibarkan warga seusai ibadah.


JAYAPURA - Papua, tanah yang penuh ancaman, karena sampai saat ini ribuan orang Papua hidup dalam ketakutan, 4.000 diantaranya meninggal dunia karena menderita HIV/AIDS, bahkan tidak sedikit yang tewas karena kecelakaan lalu lintas, dibunuh, dan menderita berbagai sebab hingga menemui ajalnya. Padahal, jumlah penduduk asli Papua hanya sekitar 1 juta orang.

Hal itu disampaikan Sekretaris Presidium Dewan Papua (PDP) Thaha Al Hamid, ketika menyampaikan pidato politiknya pada peringatan hari ulang yang disebut sebagai Tahun Kemerdekaan Papua Ke- 47, Senin, (1/12) di Taman Peringatan Kemerdekaan dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Papua, di Sentani, Jayapura, Papua. Taman tersebut adalah area pemakaman Ketua PDP, Theys Hiyo Eluay yang meninggal dunia karena tindakan kekerasan aparat TNI tanggal 10 November 2001 di Jayapura.

Thaha Al Hamid mengakui dengan kondisi yang ada merupakan indikasi bahwa masyarakat asli Papua sedang menuju pada proses pemusnahan. Oleh karena itu, melalui perayaan tersebut, pihaknya mengajak seluruh rakyat Papua untuk merenungkan hal itu.

"Sejak integrasi ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1 Mei 1963, orang Papua selalu termarginalkan. Mereka hanya menjadi penonton dalam pembangunan. Dalam bidang ekonomi misalnya, mereka hanya berjualan di emperen pasar atau duduk berjualan di atas tanah," tegas Thaha. [GAB/154]


_____________________________
Sumber : Suara Pembaruan
Edisi : Selasa 2 Desember 2008


Dipublikasi pada Tuesday, 02 December 2008 oleh kalibobo


Read More......

Pendidikan di Sugapa Sangat Memprihatinkan

Kepala Sekolah dan Guru Dalangnya

NABIRE- Terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal serta berkompoten disuatu daerah adalah kunci utama majunya daerah itu. Tidak ada jalan lain yang dapat kita tempuh untuk mewujudkan SDM yang handal, selain melalui jalur pendidikan. Sehingga dengan ini, pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang begitu serius dari setiap lembaga yang mengaturnya, yang diperhatikan bukan siswa saja, namun semua satuan pendidik yang mengurus itu perlu di pantau serius oleh pemerintah daerah baik guru, kepala sekolah, bahkan sampai pada masyarakat yang menjadi pelaku pendidikan itu sendiri.

Dimana dalam hal ini saya melihat pendidikan di kampung halaman saya (red, sugapa) sangat-sangat buruk dan memprihatinkan, lebih menggenaskan lagi yang merusak pendidikan di daerah ini adalah para guru dan kepala sekolah sendiri, memalukan, kata ini yang bisa saya gambarkan pada ketidakbecusan mereka dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) daripada generasi Papua yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang Ilmu Pengetahuan.

Hal ini di ungkapkan Linus Bagau, salah satu Inteleq asal suku Moni beberapa saat lalu di ketika di temui Koran Papua Post Nabire (PPN) Jumat (29/10) menanggapi dilematisasi carut-marutnya Pendidikan di sugapa (red, Intan Jaya). Yang sebagaimana hal ini disaksikan oleh dirinya melalui kasad matanya sendiri saat turun lapangan beberapa saat lalu.

“guru-guru yang telah menjadi pegawai negeri dan di tempatkan oleh pemerintah Paniai di sugapa, pada umumnya tidak punya hati untuk mengajar, dimana mereka hanya punya hati untuk menerima uang, padahal ketika mereka melamar untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sumpah janji mereka keluarkan untuk bagaimana tetapi setia dan taat kepada tugas yang pemerintah embani kepada mereka.

Hal ini terbukti, dimana guru-guru yang bertugas disana lebih senang lalu lalang di kota-kota besar seperti Kabupaten Paniai maupun Kabupaten Nabire bagai orang yang tidak punya tugas dan tanggung jawab daripada tinggal berlama-lama di tempat tugas untuk mengajar siswa yang kadang jenuh dan membosankan karena sedikit ketidaktauan mereka. Selain itu, banyak guru-guru yang lari ke Kabupaten Paniai untuk menuntut jabatan politik yang lebih tinggi lagi daripada hanya menjadi guru biasa. Inikan sebuah fakta yang lucu, dimana menjadi guru hanyalah sebuah job mengisi kekosongan mereka” tegasnya.

Selain itu, Kepala sekolah maupun guru yang bertugas di sana tidak transparan dalam penggunaan dana operasional. Padahal dana pendidikan yang di turunkan oleh Pemerintah Pania tidak sedikit jumlahnya, sehingga hal ini perlu di tanyakan dengan baik-baik, kira-kira kemana dana-dana pendidikan seperti itu. Padahal, kalau dana itu digunakan dengan baik-baik maka bukan tidak mungkin bisa membangun beberapa ruang kelas yang layak, selain itu bisa juga membangun perpustakaan kecil dan fasilitas sekolah yang lainnya.

Namun, sudah sekian tahun dana pendidikan dikucurkan, toh nasib pendidikan di daerah ini tidak berubah. Ruang kelas yang saya lihat dulu, tetap begitu-begitu terus, kemudian mutu dan kualitas pendidikan tidak di tambah dengan adanya penambahan beberapa buku pelajaran. Kapan mau adanya perubahan dan peningkatan pendidikan di daerah ini padahal Pemekaran Kabupaten Intan Jaya sedikit lagi akan menjadi kenyataan, terangnya dengan wajah yang sedih.

“yang mengabdi untuk daerah diatas khususnya dalam hal pendidikan dengan serius adalah para guru tamatan SMA/SMK dan sederajat lainnya. Mereka walaupun bukan pegawai negeri sipil, toh mereka punya hati untuk tanah diatas. Dimana mereka memberkan semua yang mereka punya, tanpa menuntut. Ini baru kita bisa namakan seorang pahlawan yang mengabdi tanpa tanda jasa. Contohnya dapat kita lihat di Agisiga, dimana guru-guru yang di berikan kepercayaan dengan bayaran yang cukup tinggi oleh pemerintah paniai melalaikan semua itu, sehingga beberapa guru honorer tamatan SMA/SMK dan sederajat lainya yang lebih serius mengajar,” tambahnya.

Harapan saya Kepada Pemerintah Paniai, bagaimana untuk meningkatkan mutu pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di sugapa pemda harus lebih jeli dalam menempatkan guru di daerah Sugapa. Berikan tanggung jawab kepada mereka yang memang betul-betul punya hati untuk mengajar generasi muda diatas dari pada kepada mereka yang sama sekali tidak punya hati untuk mengajar. Ketika hal ini di tanggapi dengan serius, maka bukan tidak mungkin akan tercipta manusia-manusia dengan tingkat sumber daya manusia yang dapat bersaing dengan orang-orang di daerah luar Papua, terang bagau mantap. (oktovianus pogau)


Read More......
Template by : kendhin x-template.blogspot.com